09 April 2009

Akhirnya… pesta pun usai sudah..

Meskipun banyak yang tak dapat undangan, meski banyak pula tamu yang tak diundang, meski banyak yang golput, dan ada beberapa yang memakai undangan orang, tapi yang jelas… pesta sudah selesai..

dan semoga pestanya tak usah diulang, sebab biaya yang terbuang pasti tidaklah sedikit...

Berbagai atribut pesta yang berseliweran di jalan, bergelantungan di pepohonan, spanduk2 yang kelak kan dijadikan dinding warung, baliho2 yang bisa dibuat tempat berteduh, segenap poster yang masih banyak tertempel di kolong jalan layang yang kelak kan jadi sampah, stiker2 di angkot yang tidak lagi jelas bentuknya sebab mata dan mulutnya sudah bolong kena coblos, semuanya hanya akan menjadi tanda bahwa dahulu, telah terjadi pesta, pesta yang diperuntukkan bagi rakyat, mengatasnamakan rakyat, dan semua muanya untuk rakyat

Tadi membaca salah satu Koran yang -- hari libur kok terbit ya – menulis tentang kisah orang2 tua di daerah terpencil yang bela2in jalan kaki dari subuh 2 jam tuk menuju TPS terdekat biar bisa memakai hak pilihnya, jadi terharu… meski dia tak tahu harus mencontreng siapa dan apa… tapi tetap saja dia dengan bersemangat menggunakan haknya sebagai warganegara.. (hak atau kewajiban ya???)

Atau di TPS kemarin, nguping pembicaraan ibu2 yang sibuk ngapalin nomor caleg andalannya, yang dipesen ama seseorang tadi subuh katanya (hwa… ada serangan fajar..??), atau pembicaraan telepon orang yang katanya nyontreng partai “X” daripada partai “Y” karena X ngasihnya lebih gede tapinya duit dua2nya diambil juga hehe (hwa… money politics…???), atau ada yang bela2in pake undangan orang demi agar bos-nya di kantor ngeliat tanda tinta di kelingkingnya sebab ternyata bosnya diam2 adalah pendukung partai tertentu… atau nyontreng siapa saja deh yang appearance-nya bagus hehe…

Hmm… banyak juga story yang tersisa dari pemilihan umum… apakah dengan beragam kisah dibalik tendensi mencontreng itulah yang akan mewakili segenap harapan, usaha, cita2 demokrasi ? (taela…. Nasionalis banget sih..) .Apakah para anggota dewan yang terhormat akan menjalankan semua janjinya? Apa mereka tidak lupa pada jargon2 yang hampir sebulanan ini menyesaki pandangan mata, terlihat dimana2, memenuhi hampir semua spot iklan di tv sampai2 jinggle-nya pada dihapalin oleh para kurcaci..

Entah bagaimana kelak hasilnya, tuk 5 tahun akan datang… sebab apalah artinya satu suaraku diantara berjuta penduduk Indonesia... demi terwujudnya isi rumah rakyat yang betul2 untuk rakyatkah? atau untuk kepentingan sepihak saja? atau untuk mencari nafkah? entahlah...

Semoga untuk pesta 2 bulan lagi, undangan sudah pada beres ndak kaya sekarang, biar diriku tak lagi deg2an…

Tidak ada komentar: