22 Februari 2009

at least... here comes the freedom..!!!

tulisan ini bertumpahan begitu saja dari jari2ku yang seminggu ini sangat2 hiperaktif bekerja, entah itu dengan kerumunan huruf2 keyboard, dengan lembaran2 kertas dalam tumpukan buku yang tiba2 saja berhamburan dari tempatnya, atau dengan 8 lembaran kertas bergaris double folio yang dalam 48 jam terakhir begitu rapat bercengkerama denganku hingga ikut pula sampai ku di peraduan, dengan menyisakan 6 lembar lagi harus kuisi hingga 3 hari ke depan...
lumayan juga membuat tangan dan bahu pegal...

(dan ternyata sudah agak terobati dengan a little bit wasting time for singing ...)

free with your freedom - kah ? apa jangan2 ini hanya sekadar euforia sesaat, sebab ternyata, hari terakhir yang mungkin dinanti2 itu masih menyisakan segepok take home exam dan some duties yang tak bisa disangkal (dereliction of duty ..eh ?) , memberi sedikit apologi untuk tidak menyelesaikannya hari ini ... (?)

free for the lecture schedule ...
didn't free for the duty, and the job, and the spirit,
and the 'keep fight till the end Non!'

hope I'll do my best...

09 Februari 2009

THIS IS NOT MY LUCKY DAY …



Kedua foto ini, seharusnya dipasang untuk momen yang saling berpasangan, maksudnya foto tol cipularang dengan mobil travel X (memangnya kelihatan ??) yang diambil dari dalam kereta, dan kereta di atas relnya yang diambil dari dalam mobil X di tol cipularang. Mungkin itu adalah target yang unreliable, makanya bottom line-nya sedikit dibuat lebih sederhana (taela…. yang habis kuliah tentang strategi dan negosiasi…), yaitu : foto tol cipularang saja dan foto rel bersama kereta.

Nah, sesederhana itu sudah dibuat misinya, namun tokh ternyata masih tetap sulit. Untuk opsi pertama memang tidak rumit, foto cipularang sudah lama hadir dalam koleksi fotoku, karena tidak begitu susah memotretnya dari kereta yang berjalan lambat dan obyeknya pun tak bergerak. Tapi opsi kedua ??? Setelah berpuluh-puluh kali melewati pintu tol cikunir-padalarang-pasteur atau sebaliknya, maupun jagorawi-padalarang-pasir koja, saban menghampiri tanda km 109 atau km.118 membuatku waspada dan segera pasang kuda2 ntuk membidik, sebab diantara jarak 10an km itu hanya ada sekitar 10 titik dimana si rel menampakan dirinya diantara pegunungan.

Pada saat awal diriku memiliki si Cybershoot - setelah my O2 lebih sering menunjukkan gelagat tak bersahabat jika harus meng-zoom – dengan penuh semangat daku selalu mencari kedudukan dekat jendela dengan view rel (habisnya bosan melihat warna hijau2 melulu), terserah dapatnya paling depan atau paling belakang, mau hujan atau panas, mau dilihatin orang or not (tapi untung saja di lokasi itu kebanyakan pada terlelap kecuali sang sopir hehe.. ), tetap saja saya keukeuh membidik rel, meski kadang dapatnya miring, hanya ekornya doang, bahkan sama sekali blur (tau sendiri kan gimana motret klo kita lagi bergerak). Setelah berkali2 percobaan, tentu sudah banyak foto rel yang ku punya, sampai2 bosan juga sebab targetnya tak pernah bisa tercapai.

Kalau dari probabilitasnya, kereta dari gambir yang berangkatnya pagi itu hanya 4, yaitu jam 06.15, 08.30, 09.10, dan 10.25, yang dengan jarak tempuh sekitar 3 jam lebih, berarti kemungkinan mereka overlap dengan cipularang sekitar jam 9an (lalu jam berapa daku dr jakartanya???) dan sekitar jam 11-an sampai jam 13 (ini kayanya lebih sesuai dengan jadwal berangkatku, tapi siapa yang berani memastikan kecepatan kereta ?). Sebaliknya dari arah bandung, kereta yang pagi itu jam 08.45, 10.30 dan 12.45, yang kira2 bisa “papasan denganku” di tol itu hanya 1, yah paling mepet2nya jam 11an lah.

Sekarang jadwal bis atau travel. Jika dengan bis dari baranangsiang yang berangkat jam 08.00, 08.30 atau 09.00 (tentunya diriku tak kpingin telat kuliah dong..), sekitar jam 10.30 ke atas saya sudah di lokasi target, itu dengan asumsi tak ada kemacetan. Jika dengan bis dari depok yang berangkat jam 09.00, sekitar jam 11an saya sudah di ‘TKP’, itu pun jika si MGI tepat waktu. Dengan travel jam 08.00 dan 10.00 dari tanjung barat, yah 2 jam sudah di lokasi. Nah, sekarang dengan berbagai opsi moda dan si kereta yang hanya memberi 4 kesempatan tuk berjumpa pada 10 titik di sepanjang jalur 10 km … kira2 berapa kemungkinannya diriku berpapasan ??? (hitung sendiri saja hehe…) .. belum lagi kalo ternyata diriku ketiduran …

Seorang teman pernah ber-usul, turun dari bis saja pas di jembatan cipada … hehe… usul kok tega amat, jangan2 saya malah ditangkap tramtib atau patwal tol. Satu lagi menyarankan : berdoa saja biar macet pas di titik rel muncul… idih.. ntar saya telat kuliah dunk, lagian memangnya bisa macet sebegitu lama??? Itu mah bukan macet, tapi mogok !!

So, setelah berminggu2 berbulan2 siap siaga, akhirnya obsesiku sepertinya luntur juga, karena daripada memandang2 pucuk2 teh yang saban minggu bakal begitu2 juga, mending juga tidur, apalagi akhir2 ini lewat cipularang selalu hujan hujan dan hujan… (I wish for a sleeping beauty lady rain)

Meski terkadang melewati titik target itu diriku terjaga, tapi sudah tak lagi diriku siap sedia, dah bosen kale…. Padahal dalam hati sih saya harap2 cemas, jangan2 suatu hari nanti aku melihat si kereta berlalu padahal batre kameraku lupa di-cas, atawa memory-nya keburu penuh akibat kebanyakan video.

Nah … sebagaimana judul of this story… sepertinya ini lagi bukan masa jayaku. Kemaren, berangkat dari rumah niatnya mau naek bis dari depok jam 9 namun ternyata pas sampai di terminal si biru itu dah keburu berangkat hingga-dengan-segera-diriku-menelpon-travel-yang-jam-10-yang-ternyata-masih-ada- lowongan-lalu-segera-berlari-lagi-ke-stasiun-kereta-tuk-menuju-LA yang untung saja masih keburu (I’m so lucky…). Tapi ketidakberuntungannya bukan disitu saudara …

Settingnya di tol, diriku di kursi nomor satu, baru tersadar dari tidur lelapku -- yang diakui juga oleh sang sopir hehe – di km.105.pikirku sudah hampir tiba di titik munculnya rel. titik pertama si rel yang begitu panjang membujur di bawah jembatan terlalui, kantukku kembali menyerang but kutahan karena malu hati ama driver dari tadi kok molor mulu… titik kedua lewat, sempat berpikir tuk ngeluarin senjata tp (once more) malu ama sopir ntar di bilang apa ya kira2. Titik ketiga dan keempat berlalu… sudahlah just forget it. Titik longsor yang beberapa waktu sempat membuat setengah jalur ditutup yang sekarang sudah di-renovasi juga terlewati. Titik kelima … ini titik yang paling dekat dan jelas relnya, paling panjang pula, tepat searah dengan tol namun kedudukannya lebih tinggi, adalah lokasi paling bagus tuk membidik.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

(saat itu aku sudah terjaga sepenuhnya).

Tunggu dulu, apa aku tak salah ada sesuatu di atas rel itu, berwarna abu2 sedikit lusuh ???? hei … bukankah itu lokomotif of argogede ??? (I just wanna scream…!!!)

Perlahan rangkaian gerbongnya pun merangkak memasuki lapangan pandang, beberapa detik berjalan sejajar dengan jaras tatapan mataku, slow and steady sampai hilang di rerimbunan pohon. Ternyata penampakannya begitu indah ya… (aku terpana..), sejenak aku tak bisa berbuat apa2 … titik keenam semakin dekat .. baru aku menyadari tuk mengambil kamera dalam tas … namun sudah telat … aku sudah mendahuluinya, dan berbelok menjauhi rel … bye bye… the precious moment ini biarlah dulu kunikmati sendiri, hanya sempat kurekam dalam memory dan sedikit kalimat di notepad-ku :

07 FEBRUARI 2009, 11.55 KETEMU ARGOGEDE DI TITIK KE-5 DAN 6 PEMUNCULAN REL DI KM.116 CIPULARANG

Yah… sedikit menyesal sebetulnya, syukur2 klo suatu hari nanti diriku sudah siap siaga kesempatan ini muncul lagi. Namun dengan adanya pengalaman empiri ini, besok2 sepertinya target perginya jam 10 aja dari LA, tokh gak telat juga kok kemaren (apalagi sudah jadwal kuliah formal yang terakhir, hikz..!!)

Dan karena ternyata yang papasan adalah argogede jam 09.10 dari gambir, maka memang terbukti bahwa kereta lebih lambat dari mobil …(tentu dong …!!) --- itu jika gak macet hehe …

06 Februari 2009

suatu sore di KW

Pada suatu sore, seorang ibu, terlihat lebih tua dari usianya -- sebut saja namanya Ny.Omah -- yang lebih tampak begitu gundah daripada kesakitan, datang berobat. Keluhannya sakit perut, mlintir2 katanya.

Saya palpasi bagian yang dirasanya sakit, ujung jariku apakah tak salah merasakan adanya balotemen ??

“ bu, ibu haid terakhirnya kapan?”, aku tanya, sebuah pertanyaan standar tingkat pertama

“bulan oktober” (artinya 3 bulan lalu)

“ibu sudah pernah periksa kencing?”

“tapi haid saya memang selalunya tiap 3 bulan dok”

“oh begitu. Sudah berapa anak bu?”

“satu orang, sekarang umurnya 13 tahun”

Hmmm… aku berpikir, lama juga, padahal umur ibu ini baru 31 tahun

“jauh ya jaraknya ya bu, ibu pakai kontrasepsi apa?”

“saya tidak pake, gak boleh ama suami”

“begini saja, ibu sekarang di tes dulu, biar bisa lebih yakin iya atau tidaknya ya bu”

Singkat cerita, ternyata memang hasilnya dua garis, dan itu membuat si ibu jadi terlihat makin putih saja. What’s up…?

“bu, hasilnya positif nih, kemungkinan besar sih ibu benar hamil, tapi jika mau lebih pasti, sambil melihat kemungkinan apa yang mbuat ibu jadi begitu kesakitan, sebaiknya ibu USG ya. Lagian ibu sudah sampai pucat begitu, nanti saya bikinkan pengantarnya ya bu… untuk sementara ibu bla..bla ..bla.. dst”

Ibu itu iya iya saja meski terlihat bahwa ia setengah hati saja

Beberapa hari kemudian, seorang ibu2 yang begitu harum semerbak nan wangi habis suntik KB malah nyangkut di lobi depan, ternyata dia lagi asyik bergosip, apa mencari informasi ya ? sayup2 saja aku mencuri dengar dari keasyikan mbaca Koran sambil dengar lagu2 nan dahsyat di salah satu stasiun tv.

….

“oh, jadi si Omah teh hamil? Pantesan akhir2 ini dia lesu pisan… bla ..bla.. bla..

“anaknya sudah gede ….. iya disekolahin ama suami saya… bla .. bla…

“suaminya supir buat antar Aa ke sekolahan …. Dah 2 hari ini pamit mudik.. bla..bla..”

….

Seminggu setelahnya, giliran anak si ibu itu yang sakit. Sambil menunggu puyernya di-uleg kaya nasi tutug or rujak bebeg, beliau mampir lagi di lobi ngelanjutin usahanya bersosialisasi

….

“belum di-USG, lagian suaminya belum balik2 … bla.. bla..”

“iya nangis terus, kerjanya jadi berantakan … bla .. bla..

“ gak lah, sudah sejak saya hamil Aa dia ikut, kasian juga … bla..bla…

Setelahnya, saya menerima muntahan informasi yang entah apa bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya tentang bu Omah..

Bahwasanya sang suami meninggalkannya karena dia hamil, kapok kali karena dulu saja lahiran harus minjam gaji 10 bulan ke majikannya karena harus di SC

Bahwasanya sang suami tidak mau istrinya KB karena mahal, dan menurut dia .. dosa

Bahwasanya sang suami (kemungkinan) punya istri lain di kampung

Bahwasanya sempat beredar wacana “gugurin” sebelum sang suami keburu ngacir

Bahwasanya dan bahwasanya lain, yang membuatku jadi terhenyak, dan sempat berpikir2 untuk cari judul selain “kontroversi aborsi” untuk tugasku kali ini.

….

Ini dunia nyata ya…?

Seandainya aku lagi sangat bertanduk dan bertemu si suami, jangan2 aku malah ngomong gini : Pak, tanggung jawab dong. Kalau gak mau anak, ya jangan dibikin atuh.!!

Jika alasan ekonomi bisa jadi pembenaran.. bukan hanya alasan tanggung jawab dan demi kemaslahatan umat belaka… atau demi masa depan … atau demi karir … atau demi nama baik orang tua … atau demi generasi yang berkualitas .. atau demi bibit bebet bobot … atau demi sosialita … atau demi fashionista … atau demi Moore… atau demi kian dan terima kasih …

Jadi gak semangat ..

Maka luntur sudah segenap teori dan draft2 yang beberapa hari ini dengan setengah berpayah2 kubuat … menjadi gamang antara pro-choice atau pro-life ..

(bukannya waktu diskusi kemarin dirimu di pihak pro-choice Non..??!!!)

Pff…. Deadline-nya makin dekat neh … apa harus cari topik lain lagi ?

Tapi apa ???

Euthanasia / inseminasi buatan / transplantasi organ / flu burung .. ??

Atau amniosentesis / otopsi / or whatever lah …

(demi roadtrip to Belgia hehe… sasaran : ketemu Hercule Poirot !! hwa..hwa..hwa..)

Apa ada yang mau berbagi judul, atau bahan..???