30 Mei 2010

... andai mereka tahu ....

Beberapa hari lalu saya kedatangan seorang pasien, yang entah-hanya-Tuhan-yang-tahu-berapa-banyak-ia-merokok-dalam-sehari, dengan pakaian bau rokok, berbicara beraroma rokok, bernapas berbau rokok, dan saya yakin rambutnya pun juga. Hmmppfff… sampai-sampai saya jadi berencana kepingin memeriksa berapa kadar kotinin urine pada anak dan istrinya yang juga datang berobat (baca : andai saja saya bisa – red.)

Penyakitnya sih sederhana saya, sakit2 badan katanya. Tapi istrinya batuk produktif dan anaknya, seorang anak perempuan berusia 4 tahunan dengan berat badan tak sampai 10 kg, kucel dan tak terurus, bermata sayu dan sudah jelas gizinya buruk.

Dari anamnesa, herannya kok si bapak itu tidak batuk. Tapi mohon maaf ya pak, di matamu kulihat dusta hehe.. sebab bunyi napasnya yang seret itu tak bisa bohong. Dan dia tak mau bilang berapa banyak dia mengkonsumsi rokok sehari. Barangkali di pikiran si bapak, ngapain pula saya ber-GU ria mengurusi jumlah batang rokoknya, dan ngapain pula saya bela2in menuruhnya mengurangi merokok?

“tapi saya tidak batuk ji dok,”… kata dia, sedikit bernada di atas rata-rata.

Dan sang istri, yang sepertinya dengan rela2 saja menjadi perokok pasif (saya menuduhnya sebab ia dengan cepatnya mengalihkan pembicaraan jika mulai kutanya berapa banyak suaminya merokok, mungkin menurutnya pertanyaanku tak relevan dengan keluhan yang dideritanya …). Anaknya? Apalagi… padahal mungkin jika kelak di kemudian hari ia dewasa, dan tahu betapa masa kecilnya harus mengalami asupan gizi yang tak layak, itu diakibatkan oleh karena sebagian besar dana itu telah dibakar oleh sang bapak.

Dan betapa mereka, harus terpapar oleh beribu2 produk sisa pembakaran tembakau itu, secara langsung pun tidak. Dari si bapak itu sendiri ketika berada seruangan dengan anak istrinya, dari pakaian yang dikenakan sang bapak selepas ia melakukan episode menghirup nikotin di luar rumah, atau dari residu asap yang tersimpan di kursi, perabotan, peralatan rumah tangga, yang tersimpan disitu berbulan2 , menjadi reservoar bersama berbagai debu2 lainnya. Atau dari orang lain di sekitar mereka, yang memang merokok, atau baru saja kontak dengan orang merokok, atau jika mereka berkunjung ke tempat yang pernah dalam 3 bulan terakhir terkontaminasi oleh asap rokok.
_______________________________________________________

Andai saja mereka tahu…
Bahwa mereka para ibu, yang merokok aktif maupun pasif, yang secondhand maupun third-hand, tahukah mereka bahwa di saat mereka hamil dan melintasi tempat yang pernah dilalui asap rokok, kemungkinan dapat menyebabkan bayi mereka terkontaminasi, yang dapat dibuktikan dengan adanya metabolit nikotin pada urine dan rambut bayi mereka?

Bahwa mereka para pekerja, yang tempat kerjanya adalah smoking-area, meski mereka tak merokok, tapi tahukah bahwa produk sisa pembakaran tembakau orang lain, yang mampir di pakaian mereka, tertinggal di rambut mereka, dan mereka lalu lalang lagi di tempat lain, bisa menjadi sumber penularan bagi orang lain ?
Atau mereka orang2 pengguna angkutan kota, yang disebelahnya ada perokok dan mereka membiarkan saja diri mereka terpapar, atau hanya sekedar menutup hidung saja agar tak menghirup asapnya, apakah mereka tahu bahwa baju mereka menjadi 'tempat perindukan' bagi segenap sampah2 para perokok?

juga mereka para suami, para bapak, para paman, dan segenap perokok yang merokok di sekitar orang2 yang mereka sayangi... tahukah mereka bahwa perbuatan mereka telah mencemari udara dan jalan napas bagi istri, anak, ponakan mereka, meski mereka tak secara langsung menghembuskannya ? ah ... andai saja mereka tahu.. bahwa betapa mereka telah menjahati orang2 yang seharusnya bisa menghirup udara bersih ...

lantas, dimana hati nurani mereka yang dengan santainya berkata bahwa udara memang sudah begitu tercemar, dan bukan hanya merekalah satu2nya biang keladi?? bahwa udara telah dipenuhi polutan dan kontaminan dari asap kendaraan, pabrik, debu2 dan segenap partikel lain meskipun mereka tak menanbahnya dengan asap rokok...

yah... tapi memang susah untuk diraba rasakan... meski dalam teori semua mungkin tahu betapa berbahaya menghisap si lintingan tembakau 9 cm itu... tapi dalam praktek, teramat susah untuk menghentikannya... seperti juga susahnya hatiku, sebab tetangga dudukku di warnet ini, seorang perempuan yang cukup cantik, dengan asyiknya menghembuskan asap rokoknya padaku, di saat orang2 tengah ber-No Tobacco Day hari ini...
dan apakah saya menegurnya? oalahhhh... ternyata tidak, saya lebih memilih tuk pergi, menyingkir.... pulang ke rumah saja.. hikz..hikz...
dan memanfaatkan fasilitas internet pake jalur fixed saja..

(bhuuu...... daku, tak berani..ternyata...!!_