Hampir tepat 3 bulan sudah berlalu, semenjak diriku "menempuh hidup baru"...
yah.... sungguh2 hidup yang sama sekali baru, yang dalam tempo sesingkat2nya harus dapat segera terkuasai, dan terbereskan, agar semuanya jadi aman terkendali, membuatku jadi kepingin make a wish andaikan saja ku memiliki tongkat ajaib yang memungkinkanku tuk make any wish bukan sekedar "a" wish.... mungkin "any" itu tidak perlu muluk2 amat, cukup :
- sepasang sayap yang membuatku bisa terbang kemana2 sehingga bisa berada di beberapa tempat dalam jeda yang singkat
- sepasang jari jemari yang bisa mengetik cepat 2 atau 3 persoalan secara bersamaan, semisal persoalan kantor dan persoalan non kantor, atau persoalan kantor_1 dan persoalan kantor_2 dst dst...
- selembar kartu free pas antrian yang bisa digunakan kapan saja dan dimana saja, yang di pojoknya bertuliskan "unlimited"...
- satu kompartemen memori dgn kapasitas tak terbatas, bisa mengeluarkan data berapapun dan kapanpun, tanpa pernah ada kalimat "hang tight while we load the bits" (hahhayyyy...!!)
namun jika sekiranya itu terlalu imposible, jika boleh make some wish, biarkanlah ku meminta... satu portable office komplit dgn mobile printer mini yang memungkinkannya "memuntahkan" printout dengan kecepatan tinggi... yang didukung oleh jaringan unlimited broadband 10 Gbps ...
(halaaahhh.... mulai lagi yang muluk2...)
dan make a wish lagi... semoga aula pertemuan ini bisa punya AC ...
(sepertinya saya agak sedikit terkena 'sindrom kepanasan pasca episode ber-Banua Sahid Mercure neehh..)
------------------------------------------------------------------------
(sudah dulu ya... entar ketahuan ama Kabid hihi....)
Baruga Sayang 25 Sept 2010, 14:05 WITA
24 September 2010
30 Mei 2010
... andai mereka tahu ....
Beberapa hari lalu saya kedatangan seorang pasien, yang entah-hanya-Tuhan-yang-tahu-berapa-banyak-ia-merokok-dalam-sehari, dengan pakaian bau rokok, berbicara beraroma rokok, bernapas berbau rokok, dan saya yakin rambutnya pun juga. Hmmppfff… sampai-sampai saya jadi berencana kepingin memeriksa berapa kadar kotinin urine pada anak dan istrinya yang juga datang berobat (baca : andai saja saya bisa – red.)
Penyakitnya sih sederhana saya, sakit2 badan katanya. Tapi istrinya batuk produktif dan anaknya, seorang anak perempuan berusia 4 tahunan dengan berat badan tak sampai 10 kg, kucel dan tak terurus, bermata sayu dan sudah jelas gizinya buruk.
Dari anamnesa, herannya kok si bapak itu tidak batuk. Tapi mohon maaf ya pak, di matamu kulihat dusta hehe.. sebab bunyi napasnya yang seret itu tak bisa bohong. Dan dia tak mau bilang berapa banyak dia mengkonsumsi rokok sehari. Barangkali di pikiran si bapak, ngapain pula saya ber-GU ria mengurusi jumlah batang rokoknya, dan ngapain pula saya bela2in menuruhnya mengurangi merokok?
“tapi saya tidak batuk ji dok,”… kata dia, sedikit bernada di atas rata-rata.
Dan sang istri, yang sepertinya dengan rela2 saja menjadi perokok pasif (saya menuduhnya sebab ia dengan cepatnya mengalihkan pembicaraan jika mulai kutanya berapa banyak suaminya merokok, mungkin menurutnya pertanyaanku tak relevan dengan keluhan yang dideritanya …). Anaknya? Apalagi… padahal mungkin jika kelak di kemudian hari ia dewasa, dan tahu betapa masa kecilnya harus mengalami asupan gizi yang tak layak, itu diakibatkan oleh karena sebagian besar dana itu telah dibakar oleh sang bapak.
Dan betapa mereka, harus terpapar oleh beribu2 produk sisa pembakaran tembakau itu, secara langsung pun tidak. Dari si bapak itu sendiri ketika berada seruangan dengan anak istrinya, dari pakaian yang dikenakan sang bapak selepas ia melakukan episode menghirup nikotin di luar rumah, atau dari residu asap yang tersimpan di kursi, perabotan, peralatan rumah tangga, yang tersimpan disitu berbulan2 , menjadi reservoar bersama berbagai debu2 lainnya. Atau dari orang lain di sekitar mereka, yang memang merokok, atau baru saja kontak dengan orang merokok, atau jika mereka berkunjung ke tempat yang pernah dalam 3 bulan terakhir terkontaminasi oleh asap rokok.
_______________________________________________________
Andai saja mereka tahu…
Bahwa mereka para ibu, yang merokok aktif maupun pasif, yang secondhand maupun third-hand, tahukah mereka bahwa di saat mereka hamil dan melintasi tempat yang pernah dilalui asap rokok, kemungkinan dapat menyebabkan bayi mereka terkontaminasi, yang dapat dibuktikan dengan adanya metabolit nikotin pada urine dan rambut bayi mereka?
Bahwa mereka para pekerja, yang tempat kerjanya adalah smoking-area, meski mereka tak merokok, tapi tahukah bahwa produk sisa pembakaran tembakau orang lain, yang mampir di pakaian mereka, tertinggal di rambut mereka, dan mereka lalu lalang lagi di tempat lain, bisa menjadi sumber penularan bagi orang lain ?
Atau mereka orang2 pengguna angkutan kota, yang disebelahnya ada perokok dan mereka membiarkan saja diri mereka terpapar, atau hanya sekedar menutup hidung saja agar tak menghirup asapnya, apakah mereka tahu bahwa baju mereka menjadi 'tempat perindukan' bagi segenap sampah2 para perokok?
juga mereka para suami, para bapak, para paman, dan segenap perokok yang merokok di sekitar orang2 yang mereka sayangi... tahukah mereka bahwa perbuatan mereka telah mencemari udara dan jalan napas bagi istri, anak, ponakan mereka, meski mereka tak secara langsung menghembuskannya ? ah ... andai saja mereka tahu.. bahwa betapa mereka telah menjahati orang2 yang seharusnya bisa menghirup udara bersih ...
lantas, dimana hati nurani mereka yang dengan santainya berkata bahwa udara memang sudah begitu tercemar, dan bukan hanya merekalah satu2nya biang keladi?? bahwa udara telah dipenuhi polutan dan kontaminan dari asap kendaraan, pabrik, debu2 dan segenap partikel lain meskipun mereka tak menanbahnya dengan asap rokok...
yah... tapi memang susah untuk diraba rasakan... meski dalam teori semua mungkin tahu betapa berbahaya menghisap si lintingan tembakau 9 cm itu... tapi dalam praktek, teramat susah untuk menghentikannya... seperti juga susahnya hatiku, sebab tetangga dudukku di warnet ini, seorang perempuan yang cukup cantik, dengan asyiknya menghembuskan asap rokoknya padaku, di saat orang2 tengah ber-No Tobacco Day hari ini...
dan apakah saya menegurnya? oalahhhh... ternyata tidak, saya lebih memilih tuk pergi, menyingkir.... pulang ke rumah saja.. hikz..hikz...
dan memanfaatkan fasilitas internet pake jalur fixed saja..
(bhuuu...... daku, tak berani..ternyata...!!_
Penyakitnya sih sederhana saya, sakit2 badan katanya. Tapi istrinya batuk produktif dan anaknya, seorang anak perempuan berusia 4 tahunan dengan berat badan tak sampai 10 kg, kucel dan tak terurus, bermata sayu dan sudah jelas gizinya buruk.
Dari anamnesa, herannya kok si bapak itu tidak batuk. Tapi mohon maaf ya pak, di matamu kulihat dusta hehe.. sebab bunyi napasnya yang seret itu tak bisa bohong. Dan dia tak mau bilang berapa banyak dia mengkonsumsi rokok sehari. Barangkali di pikiran si bapak, ngapain pula saya ber-GU ria mengurusi jumlah batang rokoknya, dan ngapain pula saya bela2in menuruhnya mengurangi merokok?
“tapi saya tidak batuk ji dok,”… kata dia, sedikit bernada di atas rata-rata.
Dan sang istri, yang sepertinya dengan rela2 saja menjadi perokok pasif (saya menuduhnya sebab ia dengan cepatnya mengalihkan pembicaraan jika mulai kutanya berapa banyak suaminya merokok, mungkin menurutnya pertanyaanku tak relevan dengan keluhan yang dideritanya …). Anaknya? Apalagi… padahal mungkin jika kelak di kemudian hari ia dewasa, dan tahu betapa masa kecilnya harus mengalami asupan gizi yang tak layak, itu diakibatkan oleh karena sebagian besar dana itu telah dibakar oleh sang bapak.
Dan betapa mereka, harus terpapar oleh beribu2 produk sisa pembakaran tembakau itu, secara langsung pun tidak. Dari si bapak itu sendiri ketika berada seruangan dengan anak istrinya, dari pakaian yang dikenakan sang bapak selepas ia melakukan episode menghirup nikotin di luar rumah, atau dari residu asap yang tersimpan di kursi, perabotan, peralatan rumah tangga, yang tersimpan disitu berbulan2 , menjadi reservoar bersama berbagai debu2 lainnya. Atau dari orang lain di sekitar mereka, yang memang merokok, atau baru saja kontak dengan orang merokok, atau jika mereka berkunjung ke tempat yang pernah dalam 3 bulan terakhir terkontaminasi oleh asap rokok.
_______________________________________________________
Andai saja mereka tahu…
Bahwa mereka para ibu, yang merokok aktif maupun pasif, yang secondhand maupun third-hand, tahukah mereka bahwa di saat mereka hamil dan melintasi tempat yang pernah dilalui asap rokok, kemungkinan dapat menyebabkan bayi mereka terkontaminasi, yang dapat dibuktikan dengan adanya metabolit nikotin pada urine dan rambut bayi mereka?
Bahwa mereka para pekerja, yang tempat kerjanya adalah smoking-area, meski mereka tak merokok, tapi tahukah bahwa produk sisa pembakaran tembakau orang lain, yang mampir di pakaian mereka, tertinggal di rambut mereka, dan mereka lalu lalang lagi di tempat lain, bisa menjadi sumber penularan bagi orang lain ?
Atau mereka orang2 pengguna angkutan kota, yang disebelahnya ada perokok dan mereka membiarkan saja diri mereka terpapar, atau hanya sekedar menutup hidung saja agar tak menghirup asapnya, apakah mereka tahu bahwa baju mereka menjadi 'tempat perindukan' bagi segenap sampah2 para perokok?
juga mereka para suami, para bapak, para paman, dan segenap perokok yang merokok di sekitar orang2 yang mereka sayangi... tahukah mereka bahwa perbuatan mereka telah mencemari udara dan jalan napas bagi istri, anak, ponakan mereka, meski mereka tak secara langsung menghembuskannya ? ah ... andai saja mereka tahu.. bahwa betapa mereka telah menjahati orang2 yang seharusnya bisa menghirup udara bersih ...
lantas, dimana hati nurani mereka yang dengan santainya berkata bahwa udara memang sudah begitu tercemar, dan bukan hanya merekalah satu2nya biang keladi?? bahwa udara telah dipenuhi polutan dan kontaminan dari asap kendaraan, pabrik, debu2 dan segenap partikel lain meskipun mereka tak menanbahnya dengan asap rokok...
yah... tapi memang susah untuk diraba rasakan... meski dalam teori semua mungkin tahu betapa berbahaya menghisap si lintingan tembakau 9 cm itu... tapi dalam praktek, teramat susah untuk menghentikannya... seperti juga susahnya hatiku, sebab tetangga dudukku di warnet ini, seorang perempuan yang cukup cantik, dengan asyiknya menghembuskan asap rokoknya padaku, di saat orang2 tengah ber-No Tobacco Day hari ini...
dan apakah saya menegurnya? oalahhhh... ternyata tidak, saya lebih memilih tuk pergi, menyingkir.... pulang ke rumah saja.. hikz..hikz...
dan memanfaatkan fasilitas internet pake jalur fixed saja..
(bhuuu...... daku, tak berani..ternyata...!!_
30 April 2010
go to..
setiap hari, kita pastinya menjalani sebuah task yang berjudul "go to". ya, pergi, menuju, for doing something, sesuai dengan task-nya, atau hanya semata tuk melewatkan waktu, membunuh masa...
seperti juga dalam keseharianku, senin hingga sabtu, melalui jalur dan jalan yang sama, melihat gedung-rumah-toko-ruko-padagang-orang2 yang berseliweran, meski mungkin bukan orang2 yang sama. melalui sebuah kafe di sudut jalan yang saban hari saya lewat hampir sebagian besar kursinya penuh, oleh mereka yang mengopi, merokok, atau sekadar baca koran (catatan : lokasinya strategis untuk nongkrong), meski sesekali ada juga mereka yg berseragam kantoran disana. hmm... tak sempat sarapan di rumahkah?
melewati pasar yang semi tradisional (karena saya tahu sebagian besar sudah bergedung modern meski transaksinya masih tetap tradisional) yang cukup ramai dan lumayan memacetkan jalan. melewati dua buah mesjid yang menjadi "ikon" kota ini, meski hanya senantiasa melintas namun tak pernah mampir. melewati gerombolan tukang becak yang segera menghampiri jika melihat calon penumpang potensialnya, lalu segera berangkat tanpa perlu bertanya "kemana" dan "berapa".
setiba di tempat beraktivitas, mengisi absen harian yang sudah pasti bertanda stabilo hijau karena sudah lewat waktu, lalu memulai 'working' hingga lelah, dilanjut dengan bersosialisasi, mungkin dengan sedikit mengisi lambung yang mulai berparade, lalu... melanjutkan aktivitas lain...
itulah rutinitas...
itu beberapa hari lalu... namun sekarang, sepertinya rutinitasku jadi sedikit berubah, jika sebelumnya melalui jalur yang sama veteran-mesjid raya-urip sumiharjo-pongtiku-sultan dg.raja, maka dalam beberapa terakhir, juga tuk beberapa hari ke depan, maka jalurnya berubah... dalam 10 hari ini saya harus bertemu dengan yang bernama "pelatihan"...
hmmm... tuk lagi jenuh meriksa pasien.. mungkin ini bisa jadi refreshing... tapi, sepertinya... jangan sama n jadi kebiasaan or rutinitasku kelak... (hikz..!!)
PS. trims tuk netbook-nya panitia pelatihan.. hwhw.... bisa pake wifi here... hurrayy....
seperti juga dalam keseharianku, senin hingga sabtu, melalui jalur dan jalan yang sama, melihat gedung-rumah-toko-ruko-padagang-orang2 yang berseliweran, meski mungkin bukan orang2 yang sama. melalui sebuah kafe di sudut jalan yang saban hari saya lewat hampir sebagian besar kursinya penuh, oleh mereka yang mengopi, merokok, atau sekadar baca koran (catatan : lokasinya strategis untuk nongkrong), meski sesekali ada juga mereka yg berseragam kantoran disana. hmm... tak sempat sarapan di rumahkah?
melewati pasar yang semi tradisional (karena saya tahu sebagian besar sudah bergedung modern meski transaksinya masih tetap tradisional) yang cukup ramai dan lumayan memacetkan jalan. melewati dua buah mesjid yang menjadi "ikon" kota ini, meski hanya senantiasa melintas namun tak pernah mampir. melewati gerombolan tukang becak yang segera menghampiri jika melihat calon penumpang potensialnya, lalu segera berangkat tanpa perlu bertanya "kemana" dan "berapa".
setiba di tempat beraktivitas, mengisi absen harian yang sudah pasti bertanda stabilo hijau karena sudah lewat waktu, lalu memulai 'working' hingga lelah, dilanjut dengan bersosialisasi, mungkin dengan sedikit mengisi lambung yang mulai berparade, lalu... melanjutkan aktivitas lain...
itulah rutinitas...
itu beberapa hari lalu... namun sekarang, sepertinya rutinitasku jadi sedikit berubah, jika sebelumnya melalui jalur yang sama veteran-mesjid raya-urip sumiharjo-pongtiku-sultan dg.raja, maka dalam beberapa terakhir, juga tuk beberapa hari ke depan, maka jalurnya berubah... dalam 10 hari ini saya harus bertemu dengan yang bernama "pelatihan"...
hmmm... tuk lagi jenuh meriksa pasien.. mungkin ini bisa jadi refreshing... tapi, sepertinya... jangan sama n jadi kebiasaan or rutinitasku kelak... (hikz..!!)
PS. trims tuk netbook-nya panitia pelatihan.. hwhw.... bisa pake wifi here... hurrayy....
15 April 2010
tersesat di Karebosi link
...
suatu siang, sepulang aktivitas weekday, sambil bermaksud mencari ganti dari flashdisc-ku yang raib atas kecerobohanku sendiri di (aku mengaku...!!!) iseng ku mengarahkan langkah ke basement dari pusat belanja segala yang berhubungan dengan gadget ini, sebuah link yang bernama Karebosi (lho, kok??!!). sebetulnya bukan sekedar iseng, namun memperturutkan keinginan dari kampung tengah yang serta merta langsung berkonser ria..
dan setelah sempat berputar2 beberapa hektar (waduhhh..!!), bertanya kiri kanan sambil-seakan2-cuci-mata-pada-pernak-pernik-maksudnya, (tolong dipahami sebab diriku orang "baru" disini, KTP Makassar saja belum punya!) tibalah diriku di sebuah lokasi yang sesuai namanya "cozy". meski ini bukan kali pertama kunjunganku, namun maklum pada lawatan terdahulu langsung dr parkiran (big appreciate to YG!). interiornya mengingatkanku pada salah satu restoran virtual-ku (Restaurant Empire - red.) yang kini telah mencapai bintang 3 (paling ramailah di kelasnya).suasananya adem, kursinya empuk, makanannya ... mmmm...lumayanlah.., ada banyak tv, ada banyak lapangan pandang, ada banyak rambu2 "terima kasih untuk tidak merokok" dan "smoking area", ada musik yang mengalun lembut, dan terutama adalah : ada wireless network connection dgn signal strength yg "excellent". meski untuk kelebihannya yg terakhir diikuti pula dengan satu kekurangan yg cukup fatal bagi pengunjung : tak ada colokan listrik. hehe...
but tak apalah, ini kan tempat makan, bukan tempat tuk nongkrong. kecuali bagi mereka para pembawa netbook, yang dengan setengah mati aku iri pada kapasitas baterai mereka yang mencapai 6 jam ... hhmmmm.... someday akan kulampiaskan dendamku ini hehe...
begitulah.. sehabis makan (fast food), sembari menghabiskan minum, mencoba wireless sampai baterai habis. hmmm... ternyata nyaman juga disini... jadi betah (plus ngantuk).
.................
zzzz....zzzz.....zzzz.
tapi gerombolan orang2 di 2 meja sebelahku sudah terasa mulai 'mengganggu'... dengan percakapan yang terdengar sampai kemana2.. yah.. sudahlah...
mari kita pulang saja... sebelum terjadi hibernate yang tak diinginkan, maka omong kosong ini di=publish saja..
jiahhhh.....
ternyata saya lupa pada maksud semula ber-online disini : mengirimkan powerpoin pada somebody yang mewanti2ku semalam! hhhmmmmpppfff......
(wahai beliau, semoga masih bisa bersabar hingga sore yaa..)
suatu siang, sepulang aktivitas weekday, sambil bermaksud mencari ganti dari flashdisc-ku yang raib atas kecerobohanku sendiri di (aku mengaku...!!!) iseng ku mengarahkan langkah ke basement dari pusat belanja segala yang berhubungan dengan gadget ini, sebuah link yang bernama Karebosi (lho, kok??!!). sebetulnya bukan sekedar iseng, namun memperturutkan keinginan dari kampung tengah yang serta merta langsung berkonser ria..
dan setelah sempat berputar2 beberapa hektar (waduhhh..!!), bertanya kiri kanan sambil-seakan2-cuci-mata-pada-pernak-pernik-maksudnya, (tolong dipahami sebab diriku orang "baru" disini, KTP Makassar saja belum punya!) tibalah diriku di sebuah lokasi yang sesuai namanya "cozy". meski ini bukan kali pertama kunjunganku, namun maklum pada lawatan terdahulu langsung dr parkiran (big appreciate to YG!). interiornya mengingatkanku pada salah satu restoran virtual-ku (Restaurant Empire - red.) yang kini telah mencapai bintang 3 (paling ramailah di kelasnya).suasananya adem, kursinya empuk, makanannya ... mmmm...lumayanlah.., ada banyak tv, ada banyak lapangan pandang, ada banyak rambu2 "terima kasih untuk tidak merokok" dan "smoking area", ada musik yang mengalun lembut, dan terutama adalah : ada wireless network connection dgn signal strength yg "excellent". meski untuk kelebihannya yg terakhir diikuti pula dengan satu kekurangan yg cukup fatal bagi pengunjung : tak ada colokan listrik. hehe...
but tak apalah, ini kan tempat makan, bukan tempat tuk nongkrong. kecuali bagi mereka para pembawa netbook, yang dengan setengah mati aku iri pada kapasitas baterai mereka yang mencapai 6 jam ... hhmmmm.... someday akan kulampiaskan dendamku ini hehe...
begitulah.. sehabis makan (fast food), sembari menghabiskan minum, mencoba wireless sampai baterai habis. hmmm... ternyata nyaman juga disini... jadi betah (plus ngantuk).
.................
zzzz....zzzz.....zzzz.
tapi gerombolan orang2 di 2 meja sebelahku sudah terasa mulai 'mengganggu'... dengan percakapan yang terdengar sampai kemana2.. yah.. sudahlah...
mari kita pulang saja... sebelum terjadi hibernate yang tak diinginkan, maka omong kosong ini di=publish saja..
jiahhhh.....
ternyata saya lupa pada maksud semula ber-online disini : mengirimkan powerpoin pada somebody yang mewanti2ku semalam! hhhmmmmpppfff......
(wahai beliau, semoga masih bisa bersabar hingga sore yaa..)
14 Maret 2010
Siapakah dia ??
Tulisan ini mungkin tidaklah begitu penting tuk dibaca, sebab tidak akan membahas tentang seseorang atau orang2 yg penting,yg hebat, yg kinclong,public figure, dan semacamnya.
Mungkin hanya sekedar membahas tentang tokoh2 khayal,yg bisa saja sama sekali tak pernah terdengar, atau mungkin hanya sayup2 terekam dlm memori..
Yah.. Mungkin saja tulisan ini juga jadi tak ter-publish,melulu tersimpan dlm draft only.. yeah..who knows??
Dengan tidak bermaksud mengulangi catatan seorang kawan yg begitu apik membahas tentang sandiwara radio di jaman brama kumbara, sekarang ini tokoh2 sudah semakin mendunia,menjelma bukan melalui pendengaran,namun 'hanya' dari sebentuk tulisan. Jika dahulu saya sudah sdikit terkontaminasi oleh Hercule Poirot, Frederick Trotteville, Jupiter Jones serta Elizabeth Allen, sekarang ini sudah terlalu banyak nama, terlalu banyak tokoh berseliweran dlm memori sehingga terkadang jika file yg ada sudah demikian menumpuk, malah jadi seperti mengurai benang kusut. Jadi jangan salahkan jika tiba2 Andrea Sachs berteman dgn Rebecca Bloomwood,asal jangan tiba2 saja Robert Langdon bersahabat dgn Hermione.. Waduh... Bakalan berebutlah J.K dan D.B.,,,
Syukurlah saya kurang begitu berminat pada cerita yg ber-genre sulap-sihir pun berdarah2... Plis, gyrus2ku spontan menolak meski keduanya sempat menduduki klasemen paling dicari di toko buku, dgn alasan semu : terlalu tak manusiawi hehe...
Saya lebih memilih penulis lama macam John Grisham, Sidney Sheldon , Agatha Christie yg-sayangnya-skrg-hy-tinggal-dicetak-ulang,, atau yang suka berstory nan manis legit seperti Sophie Kinsiella, meski kadang saya pun melirik ke produk 'lokal' macam Fira Basuki dan Clara Ng.
(psstt... Andrea Hirata tak disinggung2 ya.. untuknya sudah ada dalam beberapa catatan sebelum ini hehe)
Nah,sekarang membahas lokal dan interlokal.. Eh lbh tepatnya nasional dan internasional, baiknya kita kembali lagi ke judul catatan ini : "Siapakah dia?"
Kata "dia" disini bukan mengacu pd sang Pengarang maupun tokoh ciptaannya.. Maaf,jika banyak yang salah menduga.
Kalau ada yang tak mengenal nama seperti Enid Blyton, Alfred Hitchcock, Conan Doyle,Dan Brown, Danielle Steele,..dan nama2 'besar' lain, sepertinya orang yg jarang bertoko buku ya...
Tapi sekarang jika pertanyaan diputar sedikit, apakah ada yg mengenal Ingrid Dwijani,Hidayat Saleh,Isma Koesalamwardi, Sendra Tanujaya,dan berpuluh-ratus nama lainnya? Adakah yg mengenal nama2 tersebut,yang sesungguhnya secara tak kasat mata telah menggiring kita para pembaca tuk tenggelam dalam lorong2 gelap di Louvre, pada ruang2 di Capitol Hill, atau pada gemerlapnya Barney's pun Blomingdale??
jika tak ada yang mengenali mereka sungguh sangat patut disayangkan..
sebab diriku pun seperti itu.. hanya karena secara kebetulan membuka lembar ketiga dari buku yang tengah kulahap ini, maka nama itu terbaca. dan barangkali ialah yang berjasa tuk membuatku mengambil si '705 halaman' ini tanpa berpikir panjang lagi, setelah sejak akhir tahun menelusuri segenap toko buku di bdg - bgr - jkt namun hanya melulu ketemu dengan English version-nya..
yah... salute n thank you very much bagi seluruh penterjemah, peng-alih bahasa di seluruh dunia... yang telah memberi lebih banyak waktu tuk kita mengerti isi crita tanpa harus berkutat dengan grammar plus vocabulary...
PS, titip pesan bagi barangsiapa yang pernah / telah meminjam buku ceritaku dalam genre apapun.. would you please bring it back.. hikz..!!!
Mungkin hanya sekedar membahas tentang tokoh2 khayal,yg bisa saja sama sekali tak pernah terdengar, atau mungkin hanya sayup2 terekam dlm memori..
Yah.. Mungkin saja tulisan ini juga jadi tak ter-publish,melulu tersimpan dlm draft only.. yeah..who knows??
Dengan tidak bermaksud mengulangi catatan seorang kawan yg begitu apik membahas tentang sandiwara radio di jaman brama kumbara, sekarang ini tokoh2 sudah semakin mendunia,menjelma bukan melalui pendengaran,namun 'hanya' dari sebentuk tulisan. Jika dahulu saya sudah sdikit terkontaminasi oleh Hercule Poirot, Frederick Trotteville, Jupiter Jones serta Elizabeth Allen, sekarang ini sudah terlalu banyak nama, terlalu banyak tokoh berseliweran dlm memori sehingga terkadang jika file yg ada sudah demikian menumpuk, malah jadi seperti mengurai benang kusut. Jadi jangan salahkan jika tiba2 Andrea Sachs berteman dgn Rebecca Bloomwood
Syukurlah saya kurang begitu berminat pada cerita yg ber-genre sulap-sihir pun berdarah2... Plis, gyrus2ku spontan menolak meski keduanya sempat menduduki klasemen paling dicari di toko buku, dgn alasan semu : terlalu tak manusiawi hehe...
Saya lebih memilih penulis lama macam John Grisham, Sidney Sheldon , Agatha Christie yg-sayangnya-skrg-hy-tinggal-dicetak-ulang,
(psstt... Andrea Hirata tak disinggung2 ya.. untuknya sudah ada dalam beberapa catatan sebelum ini hehe)
Nah,sekarang membahas lokal dan interlokal.. Eh lbh tepatnya nasional dan internasional, baiknya kita kembali lagi ke judul catatan ini : "Siapakah dia?"
Kata "dia" disini bukan mengacu pd sang Pengarang maupun tokoh ciptaannya.. Maaf,jika banyak yang salah menduga
Kalau ada yang tak mengenal nama seperti Enid Blyton, Alfred Hitchcock, Conan Doyle,Dan Brown, Danielle Steele,..dan nama2 'besar' lain, sepertinya orang yg jarang bertoko buku ya...
Tapi sekarang jika pertanyaan diputar sedikit, apakah ada yg mengenal Ingrid Dwijani,Hidayat Saleh,Isma Koesalamwardi, Sendra Tanujaya,dan berpuluh-ratus nama lainnya? Adakah yg mengenal nama2 tersebut,yang sesungguhnya secara tak kasat mata telah menggiring kita para pembaca tuk tenggelam dalam lorong2 gelap di Louvre, pada ruang2 di Capitol Hill, atau pada gemerlapnya Barney's pun Blomingdale??
jika tak ada yang mengenali mereka sungguh sangat patut disayangkan..
sebab diriku pun seperti itu.. hanya karena secara kebetulan membuka lembar ketiga dari buku yang tengah kulahap ini, maka nama itu terbaca. dan barangkali ialah yang berjasa tuk membuatku mengambil si '705 halaman' ini tanpa berpikir panjang lagi, setelah sejak akhir tahun menelusuri segenap toko buku di bdg - bgr - jkt namun hanya melulu ketemu dengan English version-nya..
yah... salute n thank you very much bagi seluruh penterjemah, peng-alih bahasa di seluruh dunia... yang telah memberi lebih banyak waktu tuk kita mengerti isi crita tanpa harus berkutat dengan grammar plus vocabulary...
PS, titip pesan bagi barangsiapa yang pernah / telah meminjam buku ceritaku dalam genre apapun.. would you please bring it back.. hikz..!!!
Langganan:
Postingan (Atom)