Bumi kembali menggeliat. Gerakannya tidak seanggun penari, membuat segala yang di atasnya luluh lantak. Membuat hati menjadi miris, membuat aktivitas bertambah dengan mengamati satu breaking news ke breaking news lain, di sela2 ‘tugas besar’-ku, yang hingga kini baru menghampiri “80 ke 81”…
Hari naas itu, G30S (Gempa 30 September), belum lama dari gempa yang sempat teralami saat Ramadhan lalu, pasti tak pernah terbayangkan oleh mereka, oleh ratusan tubuh tak bernyawa yang entah kapan terketemukan, oleh mereka yang selamat meski yang berada tepat di sebelah mereka tidak, oleh ribuan kerabat yang mungkin melepas mereka untuk beraktifitas seperti biasa, oleh orang2 di segenap penjuru nagari, oleh segala bentuk kehidupan yang ada di muka bumi… juga oleh segenap stasiun tv yang terpaksa menggeser beberapa program andalan yang telah dijadwalkan, oleh segenap jurnalis yang dengan segera menuju ke ranah Minang, memberi kabar bagi para pemirsa yang ingin tahu meski tampang lelah dan suara serak mereka yang menghias layar kaca. (sepertinya ini terlalu hiperbola, maksudnya hanya pada 2 stasiun tivi, yg sayangnya masing2 berlomba berucap tentang siapa yang pertama tiba di suatu lokasi..pfff….)
Menatap televisi di hari-hari terakhir ini, seperti menatap sebuah diorama. Seperti melihat kembali film2 sejenis “Independence Day”, “Volcano”, “Dante’s Peak”, “Armageddon”, dan semacamnya. Namun bedanya, adegan disana adalah buatan manusia, jika salah gambarnya bisa di “re-take”, memberi kesempatan para pemerannya untuk berlatih, hingga yang sampai pada kita penonton adalah gambar2 yang cantik, yang dramatis, yang mengundang decak kagum, tidak seperti gambar2 di televisi kita yang terutama yang pada saat2 awal diambil oleh amatir dengan kamera seadanya, memicu vertigo karena diambil secara berpindah2.
Gambar gedung yang tak berbentuk seperti habis dilewati oleh Godzilla. Tanah longsor yang menjelma jadi makam menimbun apa saja itu bagaikan tanah yang baru habis diuruk, pohon2 yang tercerabut paksa mengingatkan pada belasan tahun lalu saat melalui pedalaman Mamuju dan daerah transmigrasi yang sekarang sudah menjadi kota. Tak ada listrik, air, energi, makanan, komunikasi, bahkan mungkin uang yang ada tidak lagi bisa dipakai sebagai alat penukar, sebab mau ditukar dengan apa??? Kembali ke zaman baheula. Maka siapa yang peduli jika tak bisa menemukan kedai kopi andalan, maupun sabun tertentu yang hanya dijual di outlet khusus..?? Siapa yang berani bilang bahwasanya server yang ngadat atau berdesak2 dlm kendaraan yang sumpek dan bau adalah tidak lebih baik? Maka siapakah kita, yang masih berani mengeluhkan hal kecil yang kita alami, jika dibanding saudara2 kita di seberang sana?
Kiamat kecil sedang melanda Sumatera, naudzubillah …
Sepertinya ini salah satu cara mengurangi populasi, juga satu cara untuk mengetuk kepedulian kita, untuk membuat kita mawas diri dan lebih mengingat, bahwa kita tak tahu apapun tentang apa yang akan terjadi … sungguh terharu melihat seorang ibu yang berkisah tentang anaknya yang sempat keluar dari kelas bimbingannya untuk mencium tangan bundanya lalu masuk kembali ke dalam kelas yang telah mengantarkan nyawanya kembali ke Sang Khalik. Siapa yang menyangka ibu itu bakal menemukan anaknya kembali di dalam kantung mayat? Namun nyawa memang bukan urusan manusia. Siapa yang bisa mengira umur manusia, yang bisa bertahan sampai berjam2 terkurung, terhimpit, kekurangan udara dan air? Subhanallah….
Barangkali selanjutnya mereka akan senantiasa enggan memasuki ruang tertutup, gedung tinggi, pusat perbelanjaan, berkantor, bersekolah, beraktivitas, bahkan menutup mata. Bagi yang mengalaminya sendiri bukan tak mungkin akan selalu mengalami mimpi buruk sepanjang usianya, terngiang2 akan gemuruh bangunan, tanah, pohon,dan apa saja yang tiba2 saja runtuh, hilang dalam beberapa kejapan mata…
Di saat orang lain sedang bersenda gurau, tertawa ria, atau sedang melakukan sebuah gladi bersih untuk berumah di gedung hijau kura2 itu… di saat lelaki mungil itu tengah siap2 untuk lengser, namun harus menghadapi dulu pekerjaan rumahnya.. di saat pemimpin negeri ini baru saja hendak menjalani masa kepemimpinannya yang kedua..
Mungkin sekarang giliran Sumatera, entah esok giliran siapa dan dimana. … bisa saja giliran kita, yang sedang tertidur, sedang tidak mengingat, sedang berhura-hura, sedang menunda kewajiban, sedang tidak menjalankan amanah,sedang tak menepati janji, or whatever …
Segalanya akan berpulang kembali padaMu ya Allah…
Engkaulah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, berikanlah tempat yang layak bagi mereka yang mati terhimpit dan tertimbun, berilah ketabahan bagi mereka yang mengalami luka di jasmani pun rohaninya, berilah kesabaran bagi orang2 yang ditinggalkan, berilah keikhlasan atas kehilangan sanak saudara, kerabat, dan kerugian harta benda yang terjadi …
Limpahkan rahmat-Mu pada kami yang hanya menonton ini, agar kami dapat lebih senantiasa mengingat-Mu, senantiasa mengingat bahwa sebegitu kecil kami dibanding Engkau, begitu tak ada apa2nya kami dibanding segala kuasa-Mu..
(Diiring soundtrack alunan musik khas tanah gadang yang mendayu dan menyayat hati, dan hujan beserta petir di luar sana yang lumayan seram tuk dilalui seorang diri, maka dimana aku kan berlindung jika hujan petir ini menjelma jadi sejuta topan badai? )
Bismillahir Rahmanir Rahim…
homealone@bojonggede, ”a little traumatic days before execution”
Eksekusi :
1kb. 1 pelaksanaan. 2 Law : menghukum mati, pelaksanaan hukum mati. 3 pembuatan . 4 penandatanganan, pengesahan / pengabsahan dengan penandatanganan.
2pelaksanaan
execute /"EksIkju;t/
•v.
1 carry out or put into effect (a plan, order, etc.). perform (an activity or manoeuvre). Law make (a legal instrument) valid by signing or sealing it. Law carry out (a judicial sentence, the terms of a will, or other order). Computing run (a file or program).
2 carry out a sentence of death on (a condemned person).
– DERIVATIVES executable adj. (Computing). execution n.
– ORIGIN ME: from OFr. executer, from med. L. executare, from L. exsequi ‘follow up, carry out, punish’.
trauma /"trO;m@, "traUm@/
•n. (pl. traumas or traumata /-m@t@/)
1 a deeply distressing experience.
2 Medicine physical injury.
3 emotional shock following a stressful event.
– DERIVATIVES traumatic adj. traumatically adv. traumatization (also traumatisation) n. traumatize (also traumatise) v.
– ORIGIN C17: from Gk, lit. ‘wound’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar